Sabtu, 13 Maret 2010

HUJAN LEBAT MASIH MENGANCAM SEJUMLAH WILAYAH


Jakarta - Pada masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperingatkan, hingga 15 Maret 2010, hujan lebat berpotensi terjadi di sejumlah wilayah. Karena itu, ancaman banjir dan tanah longsor perlu diwaspadai.

”Angin kencang dan puting beliung yang menimbulkan gelombang laut tinggi juga masih berpotensi terjadi di sejumlah wilayah,” kata Kepala Bidang Informasi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Mulyono Prabowo, Jumat (12/3) di Jakarta.

Berdasarkan pantauan citra satelit, lanjut Mulyono, potensi hujan lebat terjadi di pesisir barat dan timur Sumatera pada bagian tengah dan selatan hingga Riau, Bengkulu, dan Sumatera Selatan. Kemudian, wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Jawa Barat, Jakarta, Bogor, dan sekitarnya, hingga Sulawesi Selatan, Maluku, serta Papua.

”Hujan lebat dengan durasi singkat bisa terjadi siang menjelang sore, sedangkan pagi harinya terjadi terik matahari,” kata Mulyono.

Fenomena alam ini terjadi, lanjut Mulyono, karena terakumulasinya awan hujan akibat pertemuan dua arah angin yang memanjang dari Maluku tengah hingga Papua, serta wilayah-wilayah lain.

Manajer Laboratorium Teknologi Sistem Kebumian dan Mitigasi Bencana pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Fadli Syamsudin mengatakan, pada masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau seperti sekarang ini, yang perlu diwaspadai adalah potensi puting beliung.

Kepala BMKG Sri Woro B Harijono secara terpisah dalam siaran persnya menyatakan, prakiraan musim kemarau 2010 yang berlangsung April, secara umum disimpulkan memiliki sifat hujan normal dan di bawah normal.

Pengaruh pada pertanian

Sementara itu, cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini dari hujan ke panas terik atau sebaliknya berpengaruh pada pertanian. Sejumlah petani di Jawa Timur menyatakan, selain muncul berbagai penyakit, produktivitas tanaman padi juga menurun hingga 20 persen.

”Ratusan hektar tanaman padi rusak diserang jamur,” kata Asikin Hariyanto, pengurus Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Cabang Gresik.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Bojonegoro Syarif Usman menyatakan, akibat cuaca tak menentu, pertumbuhan tanaman padi juga tidak bagus dan sangat lambat. Adapun banjir dan hujan lebat yang datang tiba-tiba menghanyutkan pupuk yang baru ditebar, serta merusak benih padi yang baru ditanam.

Dalam rangka mengantisipasi kerusakan tanaman padi inilah, Dinas Pertanian Jawa Timur menyiapkan tiga bibit varietas padi berumur pendek, yaitu inpari-1, situbagendit, dan dodokan.

”Mundurnya masa tanam tahun ini selama dua bulan disiasati dengan penanaman padi berumur pendek. Padi jenis inpari-1 yang ditanam di lahan basah, masa panennya cuma 108 hari atau 10 hari lebih pendek dibandingkan dengan jenis IR 64. Situbagendit dan dodokan yang ditanam di lahan kering umurnya sekitar 80 hari,” kata Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jawa Timur Achmad Nur Falakhi.

Ketua HKTI Jawa Timur Herri Suginaryo mengatakan bahwa petani tidak berdaya menghadapi cuaca yang tidak menentu. Parahnya, perlindungan pemerintah terhadap petani juga sangat lemah. (NAW/ (NIK/ACI/ABK/KPS)