Jumat, 12 Maret 2010

JASAD DULMATIN DIPULANGKAN, WARGA ACEH KEMBALI DICEKAM KONDISI KONFLIK


Jakarta - Jenazah Dulmatin, Kamis (11/3) malam, dibawa pulang ke kampungnya di Petarukan, Pemalang, Jawa Tengah. Kerabat Dulmatin, di antaranya Azzam Baabud, tampak menjemput jenazah.

Sekurangnya delapan kerabat Dulmatin datang ke RS Polri Kramatjati untuk menjemput jenazah. Ikut dalam rombongan, Abu Wildan, kawan dekat Dulmatin. Ada pula kakak kandung Dulmatin, Azzam Baabud, yang terus diburu wartawan.

Jenazah disimpan di peti kayu bertulis Joko Pitono. Peti mati lalu dimasukkan ke ambulans Polri, Suzuki AVP bernomor polisi B 1017 TIX. Ambulans diikuti dua mobil pengantar jenazah Mitsubishi Kuda B 1504 GW, dan Suzuki Vitara B 1300 TJA.

Tempat pelarian

Dari Aceh dilaporkan, warga di desa-desa yang diduga menjadi tempat pelarian kelompok teroris di Aceh mulai dicekam suasana konflik. Selain diwajibkan melakukan patroli malam, warga tak berani pergi ke kebun sehingga ekonomi mereka terganggu.

Muzakir (42), Kepala Desa Suka Tani, Kecamatan Janto, Kabupaten Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam, yang ditemui Kamis, mengatakan, sejak ditemukan pusat pelatihan kelompok teroris di Bukit Jalin, kawasan Cagar Alam Janto, sekitar 3 kilometer dari kampung mereka, kehidupan berubah. Warga dilanda kekhawatiran. Di lokasi itu, polisi menemukan bekas kamp pelatihan yang ditinggalkan.

Warga juga tak berani lagi datang ke kebun. ”Sejak dua minggu lalu, Kapolsek Janto memerintahkan desa-desa melakukan siskamling. Suasananya sudah seperti saat konflik,” kata Muzakir.

”Awalnya kami tidak percaya ada teroris berlatih di dekat desa kami. Mereka dari luar, tak ada warga kami yang terlibat. Untuk menuju ke lokasi, banyak jalan yang bisa dilalui, tak harus lewat desa kami,” katanya.

Jalan menuju lokasi yang diduga pusat pelatihan teroris itu sepi dan jarang dilalui orang. Jarak dari Banda Aceh sekitar 70 kilometer, melalui hutan dan kebun kosong. Mobil hanya bisa mencapai gerbang Cagar Alam Janto. Selebihnya harus jalan kaki sekitar empat jam.

Suasana yang sama juga terjadi di Desa Teladan, Kecamatan Lembah Seulawah, Aceh Besar, yang diduga menjadi pelarian para teroris. Kepala Desa Teladan Yul Efendi (42) mengaku terkejut dengan munculnya kelompok teroris di sekitar desa mereka.

Pencarian terhadap kelompok bersenjata masih terus dilakukan. Anggota Densus 88 Antiteror dan Brimob Polda NAD menyisir perbukitan di Desa Teladan, Kecamatan Lembah Seulawah, Aceh Besar. Mereka juga berjaga-jaga di jalan keluar masuk Lembah Seulawah, di Aceh Besar hingga Kabupaten Pidie.

Sementara itu, polisi menangkap Suratman (42), warga Desa Teladan, Selasa lalu. Suratman yang juga pembantu mantri di desa setempat, diduga memberi bantuan obat-obatan kepada teroris.

”Sebelum Suratman ditangkap, polisi menemukan tas berisi obat-obatan, seperti obat malaria, di hutan. Di duga obat-obatan itu dari puskesmas,” kata Yul Efendi.

Kamis siang, puluhan ibu-ibu warga Desa Teladan mendatangi Polres Aceh Besar meminta agar Suratman dilepaskan.

Perketat pengawasan

Pasca-penggerebekan Dulmatin dan kawan-kawan di Pamulang, Tangerang Selatan, jajaran Polda Banten memperketat pengawasan lokasi, seperti Pelabuhan Penyeberangan Merak di Kota Cilegon, ruas-ruas jalan, dan obyek vital lain. Pengawasan dilakukan dengan pola terbuka maupun tertutup.

Sementara jajaran Polda Metro Jaya menyilakan warga kota melakukan aktivitas seperti biasa, tetapi polisi melancarkan meningkatkan kewaspadaan. Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Boy rafli Amar menyatakan pengamatan pintu-pintu masuk ke Jakarta juga ditingkatkan.

Secara terpisah, Kepala Detasemen Khusus 88 Polda Banten Ajun Komisaris Besar Ismail mengatakan, pengawasan dari dulu selalu ketat, jauh hari sebelum peristiwa Pamulang. Apalagi Banten merupakan penyangga Jakarta.”

Peningkatan kewaspadaan pun dilakukan di Pelabuhan Penyeberangan Merak. ”Di tempat penyeberangan pun kami meningkatkan kewaspadaan karena kami mendapat informasi kalau yang di Aceh ada yang belum tertangkap. Siapa tahu ada yang menyeberang,” kata Ismail.

Di Jakarta, kemarin, Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia memulai latihan bersama, di antaranya untuk mengantisipasi serangan teroris bersenjata.

”Latar belakang latihan ini adalah serangan teroris di Mumbai pada sebelas titik,” kata Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso seusai upacara pembukaan Latihan Kesiapsiagaan dan Ketanggapsegeraan TNI Polri Dalam Penanggulangan Aksi Teror 2010 ”Waspada Nusa II” dengan inspektur upacara Kepala Polri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri, Kamis (11/3).

Menurut Djoko, dengan latar belakang itu, pihak TNI dan Polri harus berlatih setiap tahun dan mengerahkan setiap kekuatan. ”Sehingga apabila kita dapat serangan teroris dalam jumlah yang banyak kita siap,” katanya.

Kapolri menegaskan, acara latihan ini adalah instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tidak berhubungan dengan kedatangan Presiden AS Barack Obama. ”Sudah direncanakan tiap tahun untuk gelar TNI dan Polri,” kata Kapolri.

Menurut Kapolri, TNI dan Polri sama-sama memiliki kemampuan dalam penanggulangan teroris. Latihan bersama berfungsi untuk menyelaraskan rangkaian tindakan dalam menghadapi teror. Dengan demikian, kapan pun diperlukan untuk melakukan operasi bersama kedua belah pihak telah siap.

Pelaksanaan latihan dibagi pada tingkat perencanaan di markas dan pelaksanaan di lapangan. Lapangan yang dipilih adalah tempat-tempat yang secara intelijen paling mungkin terjadi serangan teroris. (tri/aik/win/edn/las/casjon/wie/kps)