Minggu, 07 Maret 2010

Tiga Anggota Brimob Tewas di Aceh


ACEH BESAR(SI) – Tiga anggota Brigade Mobil (Brimob) tewas dalam kontak tembak dengan kelompok yang diduga teroris di Kemukiman Lamkabeu,Seulimuem, Aceh Besar,Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

Ketiga anggota Brimob yang tewas adalah Brigadir Anumerta Boas Woisiri, Brigadir Anumerta Darmansyah, dan Briptu Anumerta Hendrik Kusumo. Selain tiga anggota Brimob, dua orang yang diduga dari kelompok teroris juga dikabarkan tewas.“Yang bisa kami pastikan adalah tiga orang.Itu saja dulu,” kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Edward Aritonang kepada harian Seputar Indonesia (SI) kemarin. Baku tembak antara anggota polisi dari kesatuan Brimob dan Detasemen Khusus (Densus) 88 dengan kelompok yang diduga teroris terjadi pada Kamis (4/3).

Saat itu,polisi menduga di Kemukiman Lamkabeu dijadikan tempat persembunyian jaringan kelompok teroris Jalin.Pada Selasa (2/3) polisi memutuskan melakukan pengepungan daerah tersebut. Setelah dua hari melakukan pengepungan atau tepatnya Kamis (4/3), polisi berhasil menemukan gerak-gerik kelompok bersenjata tersebut. Sekitar pukul 14.00 WIB kontak tembak antara polisi dengan kelompok bersenjata tak terelakkan dan baru berhenti sekitar pukul 18.00 WIB atau menjelang magrib. Baku tembak tersebut selain menewaskan tiga anggota Brimob dan dua anggota kelompok teroris, juga melukai 11 anggota polisi.

Dari 11 korban luka tembak yang dirujuk ke Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA), Banda Aceh,lima korban di antaranya masih mendapat perawatan intensif. Adapun enam lainnya dipindahkan ke Rumah Sakit Bhayangkara, Lamteumen,Kota Banda Aceh. Hingga Jumat (5/3) pukul 19.00 WIB sebagian besar pasukan Brimob ditarik dari lokasi pengepungan dan menyisakan beberapa anggota saja. Polisi menduga kelompok teroris yang bertahan di kawasan pegunungan lembah Seulawah sudah bergeser ke lokasi lain. Adapun tiga anggota Brimob yang tewas belum bisa langsung dievakuasi pada Jumat (5/3) malam.

Baru kemarin sekitar pukul 12.20 WIB ketiga jenazah bisa dievakuasi. Setelah berhasil mengevakuasi korban tewas, polisi terus melakukan pengepungan dengan menambah pasukan baru. Sebagian pasukan yang bertahan di lokasi pengepungan kemarin ditarik dan diganti dengan pasukan yang baru.Menurut keterangan Keuchik(Kepala Desa) Meunasah Tunong,Aceh Besar, Maimun, pasukan kembali masuk ke desa mereka kemarin pagi. Setelah berhasil dievakuasi dari lokasi pengepungan, kemarin jenazah Brigadir Anumerta Boas Woisiri langsung diterbangkan ke Jakarta. Adapun jenazah Briptu Anumerta Hendrik Kusumo dimakamkan di Kabupaten Pidie. Begitu juga dengan jenazah Briptu Anumerta Darmansyah dimakamkan kemarin di Banda Aceh.

Tadi malam, jenazah Boas tiba di Bandara Soekarno Hatta,Tangerang, Banten dan disambut langsung oleh Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri.Selanjutnya, jenazah akan disemayamkan di Aula Soeratmo Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Hari ini, jenazah akan dimakamkan di pemakaman anggota Polri di Cikeas,Bogor. Berbeda dengan data di lapangan, Edward mengatakan,polisi baru bisa memastikan satu orang yang diduga anggota kelompok teroris juga tewas. “Ada satu orang suspectyang tewas,”tegasnya. Edward menyatakan, jaringan teroris ini masih terus diselidiki. Karena itu, dirinya masih belum bisa memberikan keterangan tambahan.

Beberapa dugaan muncul terkait kelompok teroris di Aceh ini.Salah satunya adalah memiliki keterkaitan dengan jaringan teroris internasional Al-Qaeda. Wakil Ketua Komisi I (pertahanan dan keamanan) DPR Agus Gumiwang Kartasasmita memberikan apresiasi atas langkah Polri yang berhasil menggerebek sarang teroris di Aceh itu.Terlebih, penggerebekan itu dilakukan sebelum kelompok ini berhasil membuat sebuah kejahatan di Indonesia.“ Itu menunjukkan kepada publik dan dunia soal kemampuan Polri dalam melawan terorisme di Indonesia,”katanya.

Agus menilai,terbuka kemungkinan jaringan kelompok teroris Aceh ini dengan jaringan internasional. Pasalnya, melihat lokasinya di Aceh yang dekat dengan Selat Malaka yang strategis,besar kemungkinan ada kerja sama dengan jaringan internasional.“Kalau memang ada kaitannya dengan Al-Qaeda,Indonesia harus ekstrawaspada.Kita harus beri dukungan ke Polri,”katanya.

Dayah Bukan Sarang Teroris

Salah seorang ulama di Aceh Besar, Tgk M Luthfi,menyatakan tidak ada dayah (pondok pesantren/ ponpes) di Provinsi NAD yang terkait dengan jaringan terorisme.“Islam tidak membenarkan kekacauan dan kekerasan,” tegasnya di sela-sela pembukaan musabaqah,cerdas cermat, muhadharah, serta fahmul kutubse- Aceh di Aceh Besar kemarin. Sementara itu,Wakil Gubernur NAD Muhammad Nazar mengatakan bahwa Islam adalah agama rahmatan lilalamin yang memberi manfaat dan menghilangkan mudarat bagi umat manusia.

Karenanya, dia menyatakan Islam tidak menoleransi kekerasan baik ideologi atau dalam bentuk apa pun yang membawa nama agama. “Karena itu, saya minta warga dayah, khususnya di seluruh Aceh, apakah ulama ataupun santrinya agar lebih sering melakukan program- program pengabdian sosial agama guna memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang Islam yang sebenarnya,”tambahnya.

Selain itu,Wakil Gubernur juga berharap agar dayah mampu menciptakan peradaban Islami,menjadi kontrol sosial dalam pembangunan serta memperkuat perdamaian yang telah terjalin pascakonflik di Aceh. (helmi firdaus/ant)