Selasa, 02 Maret 2010

Badai di Eropa, 53 Orang Tewas


Paris, Senin - Bencana alam berupa angin kencang, laut bergelombang, dan hujan lebat melanda sebagian Eropa Barat pada Minggu (28/2) dan menyebabkan sedikitnya 53 orang tewas. Korban terbanyak dari musibah yang disebabkan badai Xynthia itu terdapat di Perancis dan Spanyol.

Badai berkecepatan 140-150 knot per jam itu menyebabkan pasokan listrik bagi satu juta rumah tangga putus. Selain itu, arus lalu lintas udara, laut, dan darat terganggu dan warga tidak bisa bepergian sejak badai mulai mengganas di Portugal hari Sabtu.

Pada Senin (1/3), Presiden Perancis Nicolas Sarkozy mengunjungi korban bencana di pesisir pantai Atlantik. Di sini ada 45 orang tewas akibat angin kencang dan banjir menyusul hujan lebat yang ditimbulkan badai Xynthia.

Korban luka-luka dilaporkan tersebar di hampir semua negara di kawasan Eropa Barat, misalnya Portugal, Jerman, dan Belgia. Namun, korban paling banyak akibat bencana badai itu terdapat di Perancis dan disusul Spanyol.

Sarkozy menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban yang tewas dan memuji upaya regu penolong.

Perdana Menteri Francois Fillon menyatakan, bencana badai itu termasuk bencana nasional. Mendagri Perancis Brice Hortefeux menyebutkan, bencana ini menyebabkan sekitar 50 warga Perancis tewas. Perancis bermaksud meminta Uni Eropa untuk membantu rehabilitasi.

Semakin kerap terjadi

Bencana alam belakangan ini semakin kerap mengepung dan menewaskan penduduk di berbagai belahan dunia. Di kala dampak bencana gempa bumi Haiti yang menewaskan 200.000 orang dan mencederai ratusan ribu lainnya belum pulih, kini ribuan warga Cile menjadi korban.

Gempa bumi dahsyat berkekuatan 8,8 skala Richter yang mengguncang Cile itu telah menewaskan sedikitnya 700 orang dan diperkirakan akan terus bertambah. Warga yang selamat, selain kehilangan anggota keluarga, juga telah kehilangan harta benda. Sama seperti di Haiti, kini warga Cile kembali jatuh ke titik nol.

Nyaris bersamaan dengan gempa di Cile, sebuah gunung es raksasa di Antartika dilaporkan telah roboh menimpa gunung es raksasa pada sebuah gletser lain hari Jumat lalu. Keduanya pun terjerembap ke laut Antartika, kata ilmuwan Australia dan Perancis. Kedua gunung es itu pun kini hanyut bersama sejauh 62-93 mil atau 100-150 kilometer dari Antartika timur.

Ahli gletser pada Divisi Antartika Australia, Neal Young, menjelaskan, gunung es sepanjang 97 kilometer seluas Luksemburg, menabrak gletser raksasa apung Mertz dan keduanya membentuk sebuah gunung es baru. Gunung es baru itu sepanjang 78 kilometer dengan lebar 39 kilometer.

Kata Young, kapasitas air pada gunung es baru itu sama dengan seperlima dari total penggunaan air setiap tahunnya oleh penduduk dunia. (AFP/AP/CAL)