Jumat, 25 Juni 2010

Awas! Perilaku Seks Bebas


Sebut saja namanya Lani. Dia masih berumur 17 tahun saat ”kecelakaan” itu terjadi. Gara-gara ”kecelakaan” itu, dia harus berhenti sekolah karena perutnya yang makin membuncit tak lagi bisa dia sembunyikan. Ya, Lani hamil di luar nikah. Gara-garanya karena dia tak punya pengetahuan dan bergaul terlalu bebas sama pacarnya.

Rumah orangtua Lani memang dekat sama sebuah kampus ternama. Karena itu, orangtuanya membangun kamar kos untuk mahasiswa yang kuliah di kampus tersebut. Sebenarnya kos itu di rumah orangtua Lani itu buat mahasiswi, tetapi kenyataannya banyak mahasiswa yang berkunjung menemui teman mahasiswi mereka di kos di sana. Seorang di antaranya—sebut saja—Rudi. Orangnya cakep dan gaul. Enggak heran kalo Lani naksir Rudi.

Pertemanan Lani dan Rudi berlanjut menjadi pacaran. Lani yang masih kelas II SMA itu ge-er setengah mati karena punya pacar ganteng, sampai kemudian mereka ”kebablasan” bergaul. Buntutnya Lani hamil di luar nikah. Akibatnya, dia harus berhenti sekolah.


Gejolak remaja

Remaja adalah mereka bisa dibilang makhluk unik. Mereka masuk masa peralihan: dari anak-anak menjadi manusia dewasa. Pada masa peralihan ini, enggak cuma pengin diperhatikan teman-teman, tetapi mereka juga pengin diperhatikan orangtua, guru, dan sekolah serta lingkungan sekitar.

Ketua Satgas Perlindungan Anak Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Rahmat Sentika menyatakan, remaja punya rasa ingin tahu yang sangat besar, semangat untuk mencoba-coba. Kalau enggak mendapat bimbingan dan perhatian yang cukup dari orangtua, mereka bisa terjebak pada perilaku berisiko, misalnya seks bebas.

Seks bebas ini makin lama makin banyak pelakunya. Enggak jarang banyak yang berujung pada meningkatnya jumlah pengidap HIV/AIDS di kalangan anak-anak dan remaja Indonesia. Serem, kan?

Ketua Kelompok Kerja Pornografi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Masnah Sari prihatin terhadap kasus meningkatnya jumlah pengidap HIV/AIDS anak-anak dan remaja itu.

Perkembangan hormonal

Rahmat Sentika mengungkapkan, remaja yang mengalami perkembangan hormonal yang sangat tinggi jika enggak diimbangi dengan pengetahuan yang cukup, mereka justru bisa menjadi korban.

Fenomena kekerasan anak dan remaja di kota Bandung sangat memprihatinkan. Ketua Unit Koordinasi Kerja Pediatric Sosial dan Tumbuh Kembang IDAI dr Kusnandi Rusmil pada Pekan Ilmiah Tahunan IDAI ke-4 Februari 2010 di Medan memaparkan, dari 96 persen perempuan yang bekerja di dunia hiburan, 36 persennya adalah anak-anak dan remaja di bawah usia 19 tahun. Sebanyak 48,6 persen di antaranya mengaku belum menikah tetapi sudah melakukan hubungan seksual sejak umur di bawah 15 tahun.

Sementara penelitian Dr Rita Damayanti dari IDAI mencari tahu penyebab utama seorang anak atau remaja jadi berperilaku berisiko dengan berhubungan seksual secara bebas. Ternyata 62 persen karena ajakan teman sebaya (peer group), 18 persen karena mendapat akses yang mudah (berdugem), 11 persen karena kurang komunikasi dengan orangtuanya, dan 6 persen karena produk pornografi.

”Kesimpulannya, remaja lebih mengikuti ajakan temannya. Akan berbahaya jika temannya memiliki perilaku yang berisiko,” kata Rahmat.

Jadi, kalo menyimak paparan para ahli di atas, kalian sudah seharusnya waspada, baik terhadap ajakan teman atau lingkungan sekitar kalian.

Terlebih saat ini marak beredar video porno mirip artis yang bebas diunggah di internet dan tersebar dari handphone ke handphone. Kalian, cewek dan cowok yang masih ABG atau remaja, harus bisa menyikapinya secara tepat. Kalo enggak, malah kalian sendiri juga bisa menjadi korban. Hal yang jelek enggak usah dicontoh. Kalian sudah dianggap dewasa, jadi pasti tahu mana hal yang benar dan yang enggak benar. Sepakat? (LOK/KPS)