Jakarta - Pada Juni ini sesungguhnya di Indonesia telah memasuki kemarau. Namun, di beberapa wilayah masih terjadi banyak hujan yang bersifat sporadis dengan intensitas tinggi. Hal ini merupakan dampak dari anomali suhu muka laut yang terjadi di wilayah Indonesia dan di ekuator Pasifik.
Kepala Bidang Klimatologi dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Endro Santoso mengatakan, saat ini sebagian besar wilayah perairan Indonesia masih hangat. Peningkatan suhu antara 0,5 dan 1,3 derajat celsius.
”Menghangatnya suhu muka laut menyebabkan tingginya penguapan sehingga banyak terbentuk awan hujan yang intensif,” ujarnya. Kondisi ini terpantau sejak bulan lalu.
Sementara itu, pengaruh El Nino—menghangatnya suhu muka laut di sebelah timur ekuator Pasifik—yang terjadi sejak medio tahun lalu sekarang tidak terpantau lagi. Suhu muka laut saat ini dalam kondisi normal.
”Proses penurunan suhu telah terlihat sejak Februari. El Nino meluruh sekitar akhir Mei dan awal Juni, bahkan sekarang ada kecenderungan La Nina,” ujar Endro. Kebalikan dengan El Nino, saat fenomena La Nina, suhu muka laut di barat wilayah khatulistiwa Pasifik mendingin.
Mendinginnya suhu muka laut menimbulkan tekanan udara yang tinggi. Sebaliknya, Indonesia yang berada di timur Pasifik mengalami tekanan udara yang rendah akibat menghangatnya suhu muka laut di sekitarnya. ”Kondisi ini menyebabkan massa udara dari barat Pasifik tengah masuk ke wilayah Indonesia sehingga terjadi konvergensi massa udara yang intensif. Kecenderungan ini telah terjadi sejak masa awal kemarau,” kata Endro.
Wilayah yang akan mengalami cukup hujan adalah Kalimantan Barat, bagian utara Kalimantan Tengah, dan wilayah selatan Kalimantan Timur. Curah hujan yang memadai dialami Sulawesi Tenggara, sebagian Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara.
Kecukupan hujan juga akan terjadi di Maluku bagian tengah, seperti Pulau Ambon dan Pulau Seram, Papua bagian tengah, dan Irian Barat bagian selatan.
”Di Jawa masih akan terjadi curah hujan sporadis dengan intensitas tinggi, tetapi berlangsung singkat,” ujarnya. Adapun wilayah di Sumatera yang akan mengalami cuaca yang sama, antara lain, adalah Sumatera bagian utara dan Bangka atau Pekan Baru bagian utara, sedangkan yang mulai kurang hujan adalah Bengkulu dan Lampung.
Endro memprakirakan, musim kemarau hingga Juli masih cenderung basah. ”Untuk mengetahui kondisi musim pada Agustus dan berikutnya, harus dipantau kecenderungan gejala La Nina, menguat atau melemah. Bila menguat, Indonesia akan mengalami musim kemarau basah,” ujarnya.
Manajer Laboratorium Teknologi Sistem Kebumian dan Mitigasi Bencana Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Fadli Syamsuddin menyatakan hal serupa,
”Saat ini mulai terjadi La Nina. Diprediksi bulan Agustus 2010 terjadi La Nina dengan kategori kuat,” ujarnya pada Senin (7/6) di Jakarta.
Kepala Subbidang Cuaca Ekstrem Bidang Peringatan Dini Cuaca pada BMKG Kukuh Ribudiyanto mengatakan, anomali tertinggi bisa sampai 2 derajat celsius di Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara.(KPS)
Media Komunikasi -- berita dan kebijakan persyarikatan -- Guna Meningkatkan Syiar Organisasi
Selasa, 08 Juni 2010
ANOMALI CUACA: FENOMENA MUNCUL, CUACA EKSTREM TERJADI
Label:
Info Lingkungan