Selasa, 01 Juni 2010

Nasib 12 WNI di Kapal Misi Gaza Belum Jelas


Jakarta, Sebanyak 12 warga negara Indonesia dipastikan berada dalam rombongan kapal pengangkut bantuan kemanusiaan ke Gaza yang diserang militer Israel, Senin (31/5). Nasib ke-12 WNI itu sampai Senin malam masih belum diketahui karena terputusnya komunikasi dengan mereka.

Kementerian Luar Negeri RI, berdasarkan informasi dari Pemerintah Turki yang mendata semua penumpang kapal, menyebutkan, ada 12 WNI dalam kapal bantuan kemanusiaan itu. Mereka semua berada di dalam kapal Turki Mavi Marmara, yang menjadi target serbuan pasukan komando Angkatan Laut Israel.

Mereka berasal dari Medical Emergency Rescue-Committee (MER-C, 5 orang), Komite Indonesia Solidaritas untuk Palestina (KISPA, 4 orang), dan Sahabat Al Aqsha-Hidayatullah (3 orang).

Relawan MER-C itu adalah Nur Fitri Moeslim Taher (ketua tim), dr Arief Rachman, Abdillah Onim (logistik dan penerjemah), Nur Ikhwan Abadi (insinyur), Muhammad Yasin (jurnalis TV One).

Relawan dari Sahabat Al Aqsha bekerja sama dengan Hidayatullah adalah Dzikrullah Ramudya, Surya Fahrizal, dan Santi Soekanto.

Adapun dari KISPA adalah H Ferry Nur (Ketua KISPA), Muhendri Muchtar (Wakil Ketua KISPA), Okvianto Baharudin, dan Hardjito Warno.

Menurut Sarbini Abdul Murad, Chief Presidium MER-C, ”Seharusnya mereka tiba di Gaza hari Senin pagi ini, tetapi belum sampai sudah diserang dan hingga kini (Senin pukul 19.30) belum berhasil mengontak mereka karena sinyal diacak.”

Para relawan itu sebagian besar berangkat dari Jakarta pada 23 Mei, kecuali Nur Fitri yang berangkat pada 19 Mei. Sebagai ketua tim, Nur Fitri-lah yang mempersiapkan akomodasi dan perlengkapan rombongan di Turki. Rombongan berangkat dari Anatolia, Turki, Jumat pagi.

Dalam perjalanan pertama ini, rombongan dari Indonesia membawa bantuan senilai Rp 5 miliar, dari total Rp 13 miliar yang direncanakan. ”Kami akan membangun rumah sakit, tetapi pembangunannya bertahap. Jadi, baru bantuan senilai Rp 5 miliar yang sekarang dikirim. Namun, menurut informasi, seluruh bantuan yang ada di kapal telah disita oleh Israel,” papar Sarbini.

Kontak terakhir yang dilakukan Sarbini dengan tim relawan adalah Minggu pukul 21.00 WIB atau pukul 17.00 waktu setempat.

”Ketika itu, melalui SMS, Nur Fitri mengabarkan bahwa kapalnya mulai menaikkan jangkar dari Laut Tengah Mediterania dan siap berangkat. Mereka mempersiapkan diri begitu tiba akan langsung bekerja,” kata Sarbini.

Sebelumnya, Sarbini mengatakan sempat berhubungan dengan Muhammad Yasin, tetapi hanya sebentar. Katanya, saluran teleponnya akan dipakai oleh stasiun televisi lain sehingga tidak bisa bicara banyak.

Puluhan wartawan elektronik dan cetak yang sering liputan bersama Yasin mengadakan doa bersama di halaman Kantor Dinas Pemakaman DKI Jakarta di Petamburan, Jakarta Pusat. Mereka menyalakan lilin, berdoa bersama, memohon keselamatan bagi Yasin.

Keluarga besar Muhammad Yasin juga menggelar doa bersama di rumah mereka, di bilangan Duren Sawit, Jakarta Timur, Senin malam, selepas magrib. Keluarga Yasin berharap segera mendapat kepastian akan kondisi dan keberadaan Yasin.

”Sampai sekarang kami belum berhasil mengontak yang bersangkutan (Yasin),” kata General Manager News TV One Totok Suryanto yang dihubungi pada Senin malam.(ARN/NDY/WHY/NTA/COK/OKI)