Senin, 14 Juni 2010

Kementerian Pertanian Targetkan 10 Ribu Rumah Kompos


Perbaungan, Kementerian Pertanian pada tahun 2011 akan menargetkan 10 ribu rumah kompos dan untuk mencukupi kebutuhan tersebut pemerintah pusat melalui APBN-P 2010 mengalokasikan dana sebesar Rp 14 triliun atau dua kali lipat dari APBN tahun 2010 yang hanya Rp 8.3 triliun, sehingga kedepan dapat

direalisasikan satu desa memiliki satu rumah kompos dengan segala sarana dan prasarananya.

Hal ini diungkapkan Sekretaris Kementerian Pertanian RI Ir.Baran Wirawan.M.Sc usai pelantikan pengurus Dewan Pimpinan Daerah Perhimpunan Petani dan Nelayan Sejahtera Indonesia (DPD PPNSI) Kabupaten Serdang Bedagai di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan, Sabtu (12/6).

Menurut Baran Wirawan yang juga Ketua Umum PPNSI Pusat itu pemerintah mendorong membangun rumah kompos untuk menghasilkan pupuk organik yang akan menggantikan pupuk kimia,karena penggunaan pupuk kimia secara berlebihan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan lahan pertanian menjadi rusak. Tanahnya mengeras dan unsur-unsur hara di dalamnya terikat sehingga tidak tersedia bagi tanaman.

Maka lahan yang sakit itu harus direhabilitasi agar fungsinya sebagai media untuk tumbuh tanaman pulih kembali dan caranya dengan mengembalikan semua bagian dari tanaman, kecuali hasilnya yang dikonsumsi manusia ke dalam tanah lagi,kata Baran.

Disebutkannya pula untuk mendorong apa yang telah diprogramkan tersebut pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian akan menyediakan dana sebesar Rp 300 juta untuk satu rumah kompos ddengan sarana dan prasarana atau komponen rumah kompos tersebut terdiri dari sapi sebanyak 30 ekor, kendaraan roda tiga serta peralatan lainnya.

Selain itu Baran juga menyinggung soal konsumsi beras secara nasional yang semakin tahun semakin meningkat sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk,sedangkan lahan pertanian terutama lahan sawah semakin tergerus atau disintensifikasi lahan yang disebabkan banyak faktor seperti pembangunan rumah,kantor dan sebagainya. Kita mendorong makanan pokok selain beras,misalnya jagung, sagu,tiwul dan sebagainya, akan tetapi gizinya masih seimbang dan prinsipnya mengurangi makan nasi," ujarnya.

Mengenai harga beras yang anjlok sewaktu panen raya Baran meminta petani secara bersama-sama dengan kelompok tani membuat lumbung atau kilang yang bisa menyimpan hasil panen,maka dengan demikian petani tidak menjual gabah akan tetapi menjual beras yang harganya lebih tinggi dan menguntungkan. Untuk soal ini, perlu kerja sama antara kelompok tani, pemerintah daerah melalui lembaga keuangan (bank) milik pemerintah seperti Bank Sumut,ucap Baran. (ans)

(bah)