Minggu, 06 Juni 2010

Israel Kembali Tahan Kapal Bantuan


GAZA(SI) – Wilayah Gaza kembali memanas. Kemarin, militer Israel menahankapal bantuanRachelCorrie. Saat ini kapal yang mengakut bantuan untuk warga Palestina di Gaza ini ditahan di Pelabuhan Ashdod, Israel Selatan.Tidak ada kekerasan dalam penahanan kapal ini.

Militer Israel tidak mau menggunakan istilah menahan atau membajak kapal bantuan kemanusiaan tersebut.“Pasukan kami naik perahu dan mengambil kontrol tanpa ada perlawanan dari kru atau penumpang. Semuanya berlangsung tanpa kekerasan,” kilah juru bicara militer Israel Avital Leibovitz kepada AFP.

Pernyataan militer Israel langsung ditanggapi Ireland Palestine Solidarity Campaign yang berkantor pusat di Dublin, Irlandia.“Untuk kedua kalinya dalam seminggu, pasukan Israel menyerang dan membajak kapal pengangkut bantuan yang tidak bersenjata. Mereka juga menculik penumpang dan memaksa kapal berlabuh di pelabuhan Ashdod,” demikian bunyi pernyataan resmi dari Ireland Palestine Solidarity Campaign.

Israel Defense Forces (IDF) mengaku sudah memperingatkan Rachel Corrie saat kapal berlayar 28 nautical mil dari pelabuhan. Pasukan Israel akan menduduki jika kapal yang mengangkut 15 aktivis, kebanyakan dari Irlandia dan Malaysia, ini tidak mengubah arah. Bahkan peringatan yang lebih keras keluar dari sang juru bicara IDF Avital Leibovitz. “Kami siap menggunakan kekerasan demi mempertahankan diri,” katanya seperti dilansir AFP kemarin.

Israel kembali menegaskan tidak bakal mengizinkan kapal mana pun untuk memasuki Gaza. Barang bantuan kemanusiaan di atas Rachel Corrie tidak akan diterima sebelum mereka merapat ke pelabuhan Ashdod. Aktivis kemanusian juga diminta menyalurkan bantuan melalui jalur darat.

Para aktivis di Rachel Corrie tetap bertekad mengantarkan bantuan langsung hingga ke Gaza. Rachel Corrie memutuskan tetap berlayar ke Gaza meski lima hari sebelumnya terjadi serangan berdarahterhadapkapalpengakutbantuankemanusianMaviMarmara. Pada peristwa itu sembilan aktivis tewas dan belasan lainnya terluka.Racher Corrie sebenarnya terdaftar dalam konvoi Senin lalu (31/5).Namun, kapal batal berangkat karena mengalami kerusakan teknis.

Racher Corrie berangkat sekitar subuh dari Turki.Beberapa saat setelah berlayar, komunikasi dengan Racher Corrie masih berlangsung lancar.Namun,menurut juru bicara kelompok kampanye Pembebasan Gaza,pembicaraan kerap terputus.Komunikasi yang tersendat membuat pihaknya sulit melacak keberadaan Rachel Corrie.Komunikasi terakhir berlangsung Sabtu (6/5) dini hari. Saat itu, aktivis di atas Rachel Corrie,Jenny Graham, melakukan kontak dengan panitia konvoi bantuan.

Kepada panitia, Jenny mengungkap ada dua kapal Israel yang mendekati Rachel Corrie. Seperti dituturkan Ireland Palestine Solidarity Campaign,Jenny menyebut Rachel Corrie “diganggu”kapal Israel dan kemudian komunikasi terputus. Dikabarkan aktivis di atas Rachel Corrie tidak memercayai kesepahaman antara Pemerintah Israel dan Irlandia.Awal pekan lalu, Perdana Menteri (PM) Irlandia Brian Cowen secara resmi meminta Israel agar mengizinkan kapal Irlandia menurunkan bantuan kemanusiaan di Gaza.

Para aktivis menyebut kesepahaman sebagai suatu kebohongan. Menanggapi sikap para aktivis tersebut, juru bicara Pemerintah Israel Mark Regev menuding aktivis memiliki motivasi politik, bukan misi kemanusiaan. “Mereka bahkan sudah menolak kesepahaman antara Israel dan Irlandia,” tegas Regev. Menurut Regev, apa yang dilakukan aktivis secara tidak langsung menunjukkan motivasi mereka sesungguhnya.

“Jelas sekali bahwa tujuan mereka bukan untuk membantu penduduk Gaza, tetapi mendukung Hamas,”paparnya lagi. Pernyataan Regev kali ini turut didukung laporan militer Israel. “Mereka telah mengabaikan peringatan kami (IDF). Kapal justru berjalan memasuki Gaza. Bantahan ini mengindikasikan sesuatu,” paparnya. Kejadian yang menimpa Rachel Corrie menjadi perhatian dunia.

Secara khusus, Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyebut aksi Israel sebagai sesuatu yang “tidak bisa dibenarkan dan harus diubah”. Serangan Israel terhadap konvoi bantuan dianggap sebagai sinyal buruk, yaitu bahwa perdamaian di Timur Tengah bakal sulit terwujud. Gedung Putih meminta Israel untuk mengurangi tekanan.Pejabat Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengingatkan Israel untuk menghargai upaya perdamaian di Timur Tengah.

“Kami terus bekerja sama dengan pemerintah Israel,Palestina dan beberapa negara lain untuk membentuk prosedur yang baru demi perdamaian di Gaza,”katanya. Ajakan berdamai tidak hanya ditujukan bagi Israel, tetapi juga bagi negara-negara lain di Timur Tengah. “Kita harus bertanggung jawab atas semua aksi dan keputusan sehingga konfrontasi bisa dihindari,” paparnya kembali.

Autopsi Korban Tewas

Sementara hasil autopsi atas sembilan warga Turki yang tewas dalam serangan awal pekan lalu telah diumumkan.Penyelidik menemukan 30 peluru bersarang dalam tubuh korban. Seperti dilansir harian Inggris Guardian, sebagian korban ditembak dari jarak dekat. Satu korban keturunan Turki- Amerika Serikat (AS) Fulkan Dogan ditembak sebanyak lima kali dari jarak kurang dari 45 cm.

Satu peluru bersarang di bagian wajah, satu lainnya di belakang kepala, dua di bagian kaki, dan satu di bagian punggung, sedangkan lima korban lain terkena luka tembak di bagian kepala. Dalam pernyataan juga disebutkan, 48 aktivis mengalami luka akibat tembakan dan enam lainnya dinyatakan hilang. Serangan Israel awal pekan lalu membuat PM Turki,Tayyip Erdogan geram. Dia mengecam kebrutalan yang telah menewaskan sembilan warganya. “Anda tidak boleh membunuh.Tidakkah Anda mengerti?”seru Erdogan.

Penegasan Presiden SBY

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali menegaskan komitmen Pemerintah Indonesia untuk terus menyuarakan, mendorong, dan melakukan langkah- langkah diplomasi bagi penyelesaian masalah di Timur Tengah secara adil, damai, dan jauh dari aksi-aksi kekerasan dan penindasan kemanusiaan.

“Kita menolak dengan tegas setiap tindakan yang mencederai rasa kemanusiaan dan keadilan yang dilancarkan pihak mana pun terhadap rakyat Palestina,” kata Presiden SBY saat menyampaikan sambutan pada pembukaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) XXIII di Bengkulu tadi malam. Menurut dia, tanpa reservasi sedikit pun, pemerintah mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk dapat berdiri tegak di negeri sendiri.

Sebuah negara Palestina yang merdeka dan berdaulat,yang dapat hidup damai, serta diakui oleh bangsa-bangsa di dunia. SBY menambahkan adalah menjadi cita-cita dan harapan kaum muslimin sedunia, untuk dengan bebas dapat beribadah menegakkan salat di Masjidilaqsha, seperti halnya saat mengunjungi Masjidilharam di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. (AFP/BBC/CNN/Rtr/ anastasia ika/nurul huda)