Selasa, 04 Mei 2010

CUACA PANAS KARENA POSISI MATAHARI SEDANG BERGESER, SUHU MEDAN MENCAPAI 37 DERAJAT CELSIUS


Jakarta,Kondisi cuaca sangat panas mulai Maret dan memuncak pada Mei yang dirasakan masyarakat di khatulistiwa disebabkan saat ini matahari sedang bergeser dari selatan ke utara, kata Pakar Astronomi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Thomas Djamaluddin.

"Pola pemanasan berubah. Wilayah paling panas ada di sekitar khatulistiwa, di Indonesia. Angin cenderung berputar di sekitar wilayah Indonesia. Tidak ada efek pendinginan dari wilayah lain," kata Djamalluddin yang dikonfirmasi dari Jakarta, Senin.

Hal tersebut, katanya, berdampak Maret-April menjadi bulan terpanas.

Menurutnya, saat pancaroba dari kemarau ke penghujan yakni pada September-Oktober pun akan menjadi bulan yang panas melebihi saat kemarau seperti juga saat pancaroba dari musim penghujan ke kemarau pada Maret-Mei. Selain itu, kondisi regional juga harus diperhatikan yang kadang memberi efek penguatan, ujarnya.

Saat awal April 2010 ada efek gabungan El Nino di Pasifik, Dipole Mode di Lautan Hindia, dan siklus periodik MJO (Madden-Julian Oscillation) aktif yang bersifat menekan pembentukan awan di wilayah Indonesia, ujarnya. "Efek gabungan itu cenderung mengurangi liputan awan di wilayah Indonesia. Akibatnya pada siang hari kita merasakan panas yang sangat terik," katanya.

Selain itu, ujarnya, ada juga dampak perubahan iklim lokal seperti perubahan tataguna lahan dan aktivitas manusia yang berdampak pada pemanasan kota misalnya pepohonan banyak ditebang berubah menjadi bangunan dan pelataran berlapis semen, maka permukaan bumi menyerap panas lebih efektif.

"Panas tersebut dipancar lagi ke atas sebagai gelombang panas inframerah. Sebagai fenomena sesaat, kita bisa merasakan perbedaan panas di wilayah yang masih banyak pohonnya dan wilayah yang tanpa atau sedikit pohonnya," katanya seraya menambahkan, pemanasan itu bukan hanya sesaat karena ada proses lanjutannya di mana panas itu tersimpan.

Sebenarnya pancaran gelombang panas itu bermanfaat menghangatkan bumi saat matahari sudah terbenam, tetapi karena bertambahnya gas karbondioksida (CO2) di udara perkotaan akibat kendaraan bermotor dan industri serta aktivitas manusia lainnya, maka lebih banyak panas yang ditahan.

"Karbon dioksida memang bersifat menyerap inframerah yang berarti menahan panas. Akibatnya kota semakin panas," katanya.

Ia membantah berita yang dikirim secara berantai melalui pesan singkat mengenai matahari yang sedang pada titik terdekat dengan bumi sehingga meningkatkan suhu bumi sebesar empat derajat.

Medan Kian Panas

Suhu kain panas juga dirasakan di Kota Medan. Balai Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) mencatat suhu mencapai 36 derajat celsius selama dua jam. "Malah kami perkirakan akan mencapai titik tertinggi 37 derajat dalam bulan Mei ini," sebut Firman AMG, Kepala Data dan Informasi Stasiun Cuaca BMKG, Senin (3/5).

Suhu 36 derajat celsius terjadi pukul 14.00-16.00 WIB. Sedangkan pukul 11.00-13.00 WIB suhu masih 35 derajat celsius. Suhu panas sudah terasa dari pagi mulai pukul 09.00-10.00 WIB sudah di 31 derajat celsius.

Biasanya, sebut Firman, kalau suhu 31 derajat itu terjadi di pukul 13.00 WIB. Ini pagi saja sudah panas. Bahkan malam hari suhu di luar masih berada di 31 derajat celsius. "Sedangkan dalam rumah suhu malam 33 derajat," jelas Firman.

Analisa BMKG, lanjutnya, cuaca panas ini bisa terjadi sampai Agustus mendatang. Walaupun di beberapa titik ada terjadi hujan lokal, tapi cuaca panas tetap mendominan.

"Hujan lokal yang lebat disertai petir tetap berpotensi, tapi panas tetap saja mendominan," tukas Firman.

Panasnya suhu udara ini, tambah Firman, semakin terasa karena minimnya uap air yang dibawa dari laut karena saat ini air laut yang mengapit Pulau Sumatera sedang dingin, sehingga uap air yang terjadi akibat pemanasan air laut sangat minim.

"Jadi, angin laut yang bertiup ke darat tidak terasa dingin karena memang uap airnya sangat tipis," jelasnya. (Ant/ANS/nai)