Oleh : Mian Dameria Pasaribu
Anak adalah harta yang paling berharga bagi setiap orangtua. Anak terlahir tentu dari benih-benih rasa cinta kedua orangtuanya.
Setiap anak mempunyai hak untuk dicintai, dikasihi dan dipedulikan. Tipe orangtua yang ideal berkewajiban memenuhi segala kebutuhan anak-anaknya seperti kebutuhan fisik, mental dan kerohanian.
Kebahagiaan nyata yang didapat anak dari orangtua akan menciptakan bangsa ini menjadi bangsa yang kuat. Kekuatan negara kita sangatlah didasari pada kekuatan setiap keluarga. Berapa kuat pusat perhatian orangtua pada anak dan remajanya akan menciptakan fondasi yang tak tergoyahkan bagi negara ini.
Dulu, semasa anak baru lahir, para orangtua sangat mengasihi bayi mungilnya. Segala cerita selalu terpusat pada bayi ini, semua yang terbaik selalu didapatkan dari orangtuanya. Tak terasa waktu terus berlalu si bayi pun bertumbuh menjadi anak dan remaja. Apa yang didapatnya semasa bayi berangsur-angsur menurun dan hampir nol.
Lantas, apa yang membuat orangtuanya berubah? Semuanya butuh dana, begitu alasan orangtua. Semua orangtua, papa dan mamanya sibuk sesibuk-sibuknya, hanya untuk mencari uang untuk biaya hidup sehari-hari, dana pendidikan serta yang lainnya. Sampai lupa terhadap tangki cinta anaknya yang sudah kosong melompong. Tangkinya makin mengering, bahkan sampai kandas, keropos dan berlubang-lubang.
Tangki cinta di relung hati anak haruslah senantiasa berisi penuh. Tangki cinta sama seperti bahan bakar yang berfungsi sebagai sumber energi dan penggerak untuk melakukan aktifitas sehari-hari, seperti bersekolah, bermain dan berinteraksi.
Bila tangki ini berkurang atau kosong, tentulah anak akan terlihat: malas, tak bersemangat, mudah marah, cemas, takut, tak berdaya, merasa sedih, kesepian dan tidak percaya diri.
Waktu untuk Anak
Satu hal yang paling dibutuhkan setiap anak dalam hidupnya adalah " rasa aman". Rasa aman anak berbanding lurus dengan tangki cintanya. Tangki cinta anak harus didapat dari kedua orangtuanya.
Ada lima jenis bahasa kasih yang bisa mengisi tangki cinta anak: Pertama, waktu yang berkualitas. Makhluk aneh bernama waktu sekali pergi tak akan pernah kembali. Banyak di antara kita tetap merasa kekurangan waktu. Kenapa ya....? Itu sebabnya, orangtua harus bijak memberi waktu khusus bagi masing-masing anaknya.
Contoh, jika punya anak 3, setiap anak akan mendapat waktu khusus sendiri-sendiri dari orangtuanya. Setelah itu orangtua meluangkan waktu kumpul bersama seluruh anaknya seperti, makan bersama di restoran favorit, menonton film di bioskop atau berlibur ke tempat wisata yang telah diputuskan bersama.
Dalam hal waktu untuk anak bisa juga dilakukan tanpa harus berada secara phisik di dekat anak. Seperti saar orangtua bertugas di luar kota, tetap bisa berkomunikasi lewat telepon, sms, fax, facebook atau yang lain. Teknologi komunikasi sekarang telah member kemudahan bagi keluarga Indonesia untuk tetap bisa saling komunikasi dimana pun berada.
Yang jadi masalah adalah, ada sebagian orangtua tidak rela waktunya diganggu anak. Setelah pulang kerja, badan capek langsung masuk kamar dan tidak keluar kamar lagi. Dia tak peduli dengan keberadaan anaknya. Jika sudah begini, tahu sendiri lah akibatnya.
Kedua, ucapkan kata-kata positif, pujian dan dukungan. Siapa sih manusia di dunia ini yang tak suka dipuji, disanjung dan dihargai? Orangtua saja merasa senang bila mendapat pujian dan dukungan, apalagi anak-anak.
Ucapan orangtua yang lemah lembut, enak dan manis didengar, kata-kata kasih sayang, pujian dengan intonasi yang membangkitkan semangat, akan mendukung anak membuat dirinya merasa berharga, dikagumi dan dikasihi.
Pujilah anak kita pada saat dia butuh pujian, misalnya saat mendapat keberhasilan, atau melakukan sesuatu dengan baik. Dan berikan kritikan atau masukan saat mereka mulai malas dan keluar dari rambu-rambu yang benar.
Dalam penyampaian kata-kata positif ini, orangtua jangan melupakan kewajiban sebagai manusia untuk selalu mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa, mengajari anak berdoa (sholat), mengaji, membaca firman Tuhan atau memberikan nasehat-nasehat yang sarat dengan kerohanian. Ini juga menjadi benteng bagi mereka dalam menghadapi segala bentuk cobaan di luar rumah.
Ketiga, berikan sentuhan kasih saying. Karena, setiap sentuhan pada anak mempengaruhi sensasi kinestetiknya. Anak-anak yang perasa, suka disentuh dan menyentuh. Dia merasa disayang dan dicintai oleh orangtuanya jika dia disentuh (dibelai dan dielus-elus).
Lebih Bijaksana
Ada sebagian anak yang sangat membutuhkan kehadiran phisik orangtua, apakah sekedar untuk dipegang, dibelai atau dipeluk. Dengan sentuhan anak-anak ini mendapat kehangatan yang dia anggap bisa mengisi kekosongan hatinya. Anak yang merasa kesepian, hatinya hampa. Di kala orangtua sibuk bekerja mencari duit, banyak remaja putri hanya bisa melampiaskan emosinya dengan benda seperti: boneka.
Hal ini akan berlangsung terus menerus, lama kelamaan dia akan bosan, lalu mencari objek manusia untuk dipeluknya dan memeluk dirinya, seperti teman wanita, teman pria, lelaki yang lebih tua seperti Om hidung belang yang menawarkan kesempatan, sebagai substitusi (pengganti) orangtua. Ini akan merusak mental anak remaja puteri. Sekali mereka terjebak akan sulit untuk keluar.
Keempat, melayani anak dengan sepenuh hati. Jujur saja, banyak di antara kita orangtua merasa dirinya yang harus dilayani anak-anaknya. Orangtua merasa gengsi melayani anak-anaknya. Anak harus bisa mandiri. Memang benar harus mandiri, namun tangki cinta pelayanan harus tetap penuh.
Siapa yang lebih banyak memberi pelayanan kepada anak? Ke sanalah perhatian anak tertumpu, contoh: pembantu di rumah, pengasuh, televisi, komputer. Di luar rumah: teman sekolah, teman kumpul (geng, community). Dimana sekarang sangat banyak bentuk community yang dibentuk oleh anak remaja. Mereka bersama saling melayani. Mereka suka mencoba-coba hal baru. Dan kumpulan remaja ini sering menjadi target para pelaku perdagangan obat-obat terlarang. Mulanya mereka senang karena mendapat layanan yang sangat spesial dari pelaku kejahatan, ternyata setelah sadar mereka sudah masuk terjerumus ke jurang yang sangat dalam.
Dalam situasi seperti sekarang ini, dimana segala sesuatu sangat mudah didapat, orangtua harus lebih bijaksana, cepat melayani kebutuhan jasmani, rohani dan emosi anak remajanya. Melayani anak yang kita kasihi adalah wujud cinta kasih yang tulus. Pelayanan yang diberi secara cuma-cuma (dan dengan tulus) merupakan ekspresi kasih orangtua yang sejati.
Kelima, memberikan sesuatu seperti hadiah. Jika bahasa kasih utama anak adalah mendapatkan hadiah, maka anda bisa memberikan hadiah yang dibutuhkan dan bermanfaat bagi mereka, artinya bukan hadiah yang menurut orangtua bagus untuk mereka. Hadiah yang diberikan adalah hadiah sejati, tulus, tanpa syarat.
Saat menyerahkan hadiah, sebaiknya diberi dengan suatu upacara penegasan kata-kata yang berarti, yang dapat menanamkan kenangan manis di hati dan pikiran anak. Kadangkala orangtua suka lupa akan hal ini.
Kebanyakan mereka memberi hadiah asal-asalan yang tak diminati anak, diserahkan begitu saja, ataupun diletakkan di sembarang tempat sambil berlalu dari hadapan anaknya, tanpa disertai kata-kata penegasan. Ini adalah hadiah palsu dan upaya memanipulasi kasih saying kepada anak. Dengan cara yang salah tetap saja tangki cinta anak akan kosong.
Seperti dipaparkan di atas, bahasa kasih menjadi pengisi tangki bahan bakar bagi anak. Orangtua harus menjadi tempat anak berlindung, mengadu, berbagi suka dan duka, tempat pelampiasan emosi, tempat meminta sejuta keinginan dan kebutuhan.
Perlu diketahui, bahwa setiap anak adalah unik dan istimewa. Masing-masing anak memiliki bahasa kasih utama yang tidak sama. Sehingga, setiap orangtua harus peka dan teliti memperhatikan setiap anaknya dalam menentukan jenis bahasa kasih yang utama mereka.
Setelah orangtua tahu bahasa kasih yang utama bagi anak mereka, keempat bahasa kasih lainnya akan sangat berarti dan melengkapi kebutuhan emosi anak dan akan mengisi penuh tangki cinta mereka. Saat tangki cinta mereka penuh, anak akan berenergi dan cepat menggapai segala cita-citanya.*** (ans)
Penulis adalah seorang dokter di Rumah Sakit Lubuk Pakam.
Media Komunikasi -- berita dan kebijakan persyarikatan -- Guna Meningkatkan Syiar Organisasi
Kamis, 22 Juli 2010
Artikel: Refleksi Hari Anak Nasional 23 Juli ; Ketika Anak Merindukan Kasih Sayang Orangtua
Label:
Info Berita