Rabu, 21 Juli 2010

Pemanasan Global Tenggelamkan Pelabuhan Nasional

Banjarmasin, Pemanasan global (global warming) diyakini menenggelamkan sejumlah pelabuhan nasional di Indonesia antara 30 tahun hingga 50 tahun mendatang seiring meningkatnya permukaan air laut setiap tahun.

"Seperti pelabuhan di Pulau Sumatera sepanjang pantai Timur ke arah Selat Malaka dan Kalimantan Selatan. Bahkan, pada tahun 2050 Bandara Sukarno-Hatta Tengerang diprediksi akan tenggelam," kata Pakar Lingkungan Nasional, Razak Manan, di Banjarmasin, Selasa.

Kondisi tersebut, jelasnya, juga diperkirakan dialami Pantai Kuta Bali karena pengaruh arah angin. Terkait pertumbuhan kenaikan permukaan air laut per tahun yang rata-rata mencapai 0,8 centimeter.



"Dengan pertumbuhan tersebut, estimasi pengurangan daratan di Indonesia antara 70 centimeter hingga 1 meter," katanya. Ancaman penenggalaman sejumlah pelabuhan maupun bandara, ungkapnya, dipengaruhi sisi topografis dan pergerakan angin muzon di wilayah tersebut. Untuk meminimalkan dampak pemanasan global, ia berencana berpartisipasi dalam pertemuan skala internasional di Manila.

"Di negara itu, kami akan mempresentasikan makalah berjudul 'Mitigation in Indonesia Port Corporation' yang diharapkan dapat memberi solusi kepada sejumlah negara di dunia," katanya.

Ia mengakui, pelabuhan Tanjung Perak Surabaya akan bernasib serupa menyusul sering terjadinya banjir akibat rob di sana. Akan tetapi, ukuran tinggi air lautnya berbeda dengan daerah lain. "Bagi masyarakat awam, kami harap mulai saat ini meningkatkan kesadarannya terhadap dampak pemanasan global. Apalagi, masalah lingkungan adalah masalah global," katanya.

Ia optimistis, upaya tersebut dapat meminimalkan naiknya permukaan air laut, misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan dan berupaya menanam pohon.
"Langkah awal tersebut dapat dilakukan di sejumlah kota meliputi Banjarmasin, Surabaya, Bali, Jakarta, dan Belawan. Untuk di Banjarmasin, beberapa puluh tahun mendatang diprediksi tenggelam 30 persen," kata pria yang juga berpredikat sebagai Komisaris PT Pelindo I (Persero).

Di sisi lain, tambahnya, permasalahan tenggelamnya Banjarmasin menjadi objek studinya mengingat kota ini sering menjadi tempat pembalakan liar. Apalagi, diperkirakan kadar karbondioksida/CO2 yang bermuara terhadap pemanasan global naik 2 persen tiap tahun. Kenaikan itu dipengaruhi peningkatan kadar enam gas rumah kaca yang menyebabkan kadar karbondioksida di Bumi melampaui ambang batas.

"Contoh, metana (CH4), karbondioksida (CO2), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC), dinitro oksida (N20), dan heksafluorida (SF6). Gas tersebut menyebabkan panas Bumi di Dubai naik menjadi 64 persen dibandingkan pekan sebelumnya 60 persen," katanya. (Ant)