Senin, 26 Juli 2010

Kepatuhan Kunci Utama Enyahkan Kolesterol


GAYA hidup tak sehat bisa memicu berbagai masalah kesehatan. Salah satunya adalah menumpuknya kolesterol dalam tubuh seseorang. Kolesterol membawa dampak baik untuk kesehatan apabila kadarnya dalam darah masih dalam keadaan normal.

Namun bila jumlahnya melebihi batas normal,maka akan memberi dampak negatif dan membahayakan kesehatan. Tingginya kadar kolesterol dalam darah akan menyebabkan penumpukan kolesterol di dinding pembuluh darah, yang biasa disebut dengan plak ateroma.Keadaan ini menyebabkan terjadinya pengerasan, penyempitan, atau penyumbatan aliran darah di bagian pembuluh darah tempat plak tersebut terbentuk. Dikatakan oleh ahli jantung dari Rumah Sakit Jantung Bina Waluya Jakarta, Dr M Munawar SpJP, bahwa kolesterol merupakan bagian dari lemak (lipid).



Lemak ini sebagian besar diproduksi dalam tubuh, tepatnya pada hati (sekitar 70%) dan sisanya berasal dari makanan atau diet. Peranan kolesterol dalam metabolisme tubuh, di antaranya untuk membantu pembentukan hormon atau vitamin D, memecah karbohidrat dan protein, serta membangun dinding sel dan membentuk hormon seks yang penting untuk perkembangan dan fungsi organ seksual. ”Apabila kadar kolesterol dalam darah menjadi tinggi, maka bisa sebabkan plak ateroma,yaitu penumpukan kolesterol di dinding pembuluh darah,” tuturnya.

Selain terjadi plak ateroma, tingginya kadar kolesterol dalam darah juga bisa menyebabkan terjadinya pengerasan, penyempitan, atau penyumbatan aliran darah di bagian pembuluh darah tempat plak tersebut terbentuk. Bila proses aterosklerosis ini terjadi pada pembuluh darah penting yang berfungsi mengalirkan darah dan makanan ke organ vital seperti jantung dan otak, maka fungsi kedua organ itu akan terganggu bahkan bisa berakibat fatal.

Jika hal tersebut terjadi,maka akan berdampak pada jantung di mana bisa menyebabkan nyeri pada dada (angina pectoris), gangguan irama jantung (arrhythmia),serangan jantung akut (acute myocard infarct),bahkan sampai henti jantung (cardiac arrest). Sedangkan pada otak yang bisa menyebabkan serangan stroke, bahkan dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak. Agar kadar kolesterol selalu dalam kondisi normal, maka sebaiknya terapkan pola hidup sehat, pola makan sehat, dan rutin berolahraga.

Berbeda halnya dengan pasien yang sudah dalam kondisi dislipidemia, dianjurkan untuk melakukan perubahan pola hidup sehat (Therapeutic Life-style Changes) serta berkonsultasi teratur ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai. Medical check up rutin juga penting dilakukan, setidaknya setahun sekali,untuk mengetahui kadar kolesterol serta mendapatkan informasi medis sejak dini yang berhubungan dengan kolesterol.

Namun, jika seseorang sudah harus menjalani terapi obat,maka yang dibutuhkan adalah kedisiplinan dalam menjalankan terapi tersebut. Karena berdasarkan fakta, sebanyak 68,7% pasien hiperkolesterolemia di Indonesia yang menjalankan pengobatan untuk menurunkan kadar kolesterol gagal mencapai target terapi. Hasil studi independen Pan- Asian yang juga dikenal dengan CEPHEUS1,2 (CEntralised Pan- Asian Survey on THE Under-treatment of hypercholeSterolemia) telah melakukan studi berskala besar yang melibatkan delapan negara di wilayah Asia dengan total responden 7.281 pasien. Di mana 11,5% di antaranya atau sekitar 834 responden merupakan sampel populasi Indonesia.

Studi yang bertujuan untuk melihat karakteristik pengobatan hiperkolesterolemia di Asia termasuk Indonesia ini, juga bertujuan untuk melihat bagaimana interaksi antara dokter dan pasien dalam mencapai target terapi hiperkolesterolemia, khususnya kolesterol LDL (low-density lipoprotein), pada pasien yang menerima obat penurun kolesterol. Hasil studi ini mengungkapkan bahwa hampir setengah dari mereka yang menjalankan terapi, kerap lupa mengonsumsi satu dosis obat dalam jangka waktu satu minggu atau lebih.

Selain itu, sebanyak 65,1% pasien mengaku lupa mengonsumsi obat penurun kadar kolesterol beberapa kali dan menganggap hal tersebut tidak memengaruhi kadar kolesterol mereka. ”Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab kegagalan terapi dalam mencapai target kadar kolesterol yang sesuai dengan panduan tata laksana lipid dari NCEP ATP III,” tuturnya dalam acara temu media mengenal hasil Studi Pan Asian Terbesar yang diadakan oleh AstraZeneca beberapa waktu lalu. (inggrid namirazswara/si)