Kamis, 01 Juli 2010

"Masjid Berjalan” untuk Penonton di Arab Saudi


Riyadh, “Jika kamu tidak bisa mengalahkan mereka, bergabunglah”, ungkapan tersebut tepat untuk polisi syariah Arab Saudi.

Polisi yang sebelumnya menggunakan cambuk untuk memaksa warga ke masjid saat waktu shalat tiba, sekarang membawa “masjid” mendekati para fans sepak bola yang tengah menikmati pertandingan Piala Dunia.

Polisi syariat Islam pekan ini mulai menggelar karpet untuk shalat di depan kafe-kafe di jalan utama Tahlia di Riyadh, tempat kaum lelaki Arab sering berkumpul malam hari untuk menyaksikan laga Piala Dunia yang disiarkan dari Afrika Selatan.


“Masjid berjalan” tersebut memastikan para pemeluk agama Islam tidak melewatkan shalat Maghrib yang kebetulan bertepatan dengan akhir laga pertama sepanjang babak 16 besar Piala Dunia. Pada Selasa, azan Maghrib berkumandang saat laga Jepang dan Paraguay memasuki perpanjangan waktu.

Karena mematuhi aturan di Arab Saudi bahwa semua kegiatan komersial harus dihentikan saat waktu shalat tiba, kafe La Caverna mematikan TV layar lebar dan menggiring keluar seluruh konsumen. Di situ, tim dari Komisi untuk Promosi Kebajikan dan Pencegahan Perbuatan Jahat (CPVPV) membuka karpet menghadap Mekah di sisi jalan dan menyiapkan mikrofon untuk imam.

Pengeras suara dipasang untuk memperdengarkan suara imam dari “masjid berjalan”, juga ada kran air untuk berwudhu. Firas Douglass, seorang warga Yordania di Arab Saudi yang juga pendukung tim Belanda mengatakan tidak masalah ia terpaksa melewatkan laga perpanjangan waktu antara Jepang dan Paraguay.

“Tidak masalah, hanya lima menit. Kami menghabiskan waktu 90 menit tanpa melakukan apapun selain menonton sepak bola,” katanya. “Kami berusaha membuat nyaman semua orang untuk shalat,” kata pemimpin tim CPVPV Khalid al-Rusais. Tim tersebut berencana menggelar karpet di lokasi-lokasi yang berbeda di Tahlia selama berlangsungnya Piala Dunia.

Meski seringkali dicemooh oleh warga Arab Saudi karena ketatnya pemberlakukan syariat Islam, CPVPV dalam beberapa tahun terakhir mampu melakukan pendekatan yang lebih simpatik dengan mengurangi aksi-aksi kontroversial. Namun tugas utama mereka adalah memastikan bahwa toko-toko dan restoran tutup selama waktu shalat — meskipun itu berarti melewatkan tendangan penalti seperti saat laga Paraguay melawan Jepang, Selasa. (Ant/AFP)